Soekarno Menemukan Tuhan
== tulisan ini merupakan tulisan Soekarno yg dirangkum oleh Paulus Londo dan disampaikan dalam Diskusi Bulanan "Revitalisasi Pemikiran Soekarno, Sila I: Ketuhanan YME"==
Aku berkembang dalam penjara. Ketetapan hatiku semakin kuat. Penjara adalah ruang sekolahku.
Sekali sebulan dari jam 8 sampai jauh tengah malam 100 orang berdesak-desakan untuk mendengar pelajaran agama dan ini disusul dengan Tanya jawab. Sunguhpun aku asik mendengarkan, tapi belumlah aku menemukan Islam dengan betul-betul dan sungguh-sungguh sampai aku masuk penjara. Didalam penjaralah aku menjadi penganut yang sebenarnya.
Tak pernah orang meragukan adanya Yang Maha Esa, kalau orang bertahun-tahun lamanya terkurung dalam dunia gelap…..
Aku sungguh-sungguh mulai menelan Al-Qur’an di tahun 28. Lalu aku memahami Tuhan bukanlah suatu pribadi. Aku menyadari Tuhan tiada hingganya, meliputi seluruh Jagad. Maha Kuasa, Maha Ada. Tidak hanya disini atau disana, akan tetapi dimana mana. Ia hanya satu…. Ia berada dimana mana, dihadapanku dibelakangku, memimpinku, menjagaku. Ketika kenyataan ini hinggap didalam diriku, aku insyaf bahwa aku tidak perlu takut-takut lagi, karena Tuhan tidak lebih jauh dari kesadaranku. Aku hanya perlu memanjat kedalam hatiku untuk menemuinya. Aku menyadari bahwa aku senantiasa dilindunginya untuk mengerjakan sesuatu yang baik. Dan bahwa ia memimpin setiap langkahku menuju kemerdekaan.
Suatu malam, jauh dilarut malam, sambil bersujud aku membisik kepadanya: “Tuhan aku berdoa, setiap manusia dapat menjadi pemimpin asal saja dari keluarganya sendiri. Akan tetapi saya mengetahui engkaulah gembala yang sesungguhnya. Saya insyaf bahwa satu satu nya suara kemanusiaan adalah kata dari Tuhan. Mulai dari hari ini dan seterusnya saya telah bersiap memikul tanggung jawab dari segala apa yang saya kerjakan – tidak saja terhadap bangsa Indonesia, tapi juga terhadap Mu.”
“didalam penjaraku, aku mempelajari semua agama untuk melihat apakah aku ini termasuk salah seorang yang ‘sesat dan hilang’. Kalau ia lebih baik untukku aku mengambilnya. Kupelajari agama Kristen pada pendeta Van Lith. Aku terutama menaruh perhatian kepada ‘khotbah diatas bukit’. Inspirasi Yesus menyemangati orang-orang syahid mula-mula, karena itu mereka berjalan menuju kematiannya sambil menyanyikan Zabur, pujian untuk Nya karena mereka tau.” Kami meninggalkan kerajaan ini, akan tetapi kami akan masuk kerajaan Tuhan.” Aku membaca dan membaca kembali Injil. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak asing lagi bagiku. Aku sering kali mengulang membacanya.
Kemudian aku membaca Al-Qur’an. Dan hanya setelah meneguk pikiran-pikiran Nabi Muhammad SAW aku tidak lagi mencari-cari buku sosiologi untuk memperoleh jawaban atas bagaimana dan mengapa segala-gala nya terjadi. Aku memperoleh jawabannya dalam ucapan-ucapan nabi, dan aku sangat puas.
Untunglah aku setelah menemukan Tuhan dan jadilah Ia kawan yang paling kusayangi dan kupercayai bilamana aku menderita pukulan yang hebat. (bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, hlm.152-153)
…………………………………..
Aku lalu duduk memandang pohon itu dan aku melihat pekerjaan dari trimurti dalam agama Hindu. Aku melihat Brahma Yang Maha Pencipta dalam tunas yang berkecambah dikilit kayu yang keabuabuan itu. Aku melihat Wisnu Yang Maha Pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku melihat Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar. (hlm.183)
Aku berkembang dalam penjara. Ketetapan hatiku semakin kuat. Penjara adalah ruang sekolahku.
Sekali sebulan dari jam 8 sampai jauh tengah malam 100 orang berdesak-desakan untuk mendengar pelajaran agama dan ini disusul dengan Tanya jawab. Sunguhpun aku asik mendengarkan, tapi belumlah aku menemukan Islam dengan betul-betul dan sungguh-sungguh sampai aku masuk penjara. Didalam penjaralah aku menjadi penganut yang sebenarnya.
Tak pernah orang meragukan adanya Yang Maha Esa, kalau orang bertahun-tahun lamanya terkurung dalam dunia gelap…..
Aku sungguh-sungguh mulai menelan Al-Qur’an di tahun 28. Lalu aku memahami Tuhan bukanlah suatu pribadi. Aku menyadari Tuhan tiada hingganya, meliputi seluruh Jagad. Maha Kuasa, Maha Ada. Tidak hanya disini atau disana, akan tetapi dimana mana. Ia hanya satu…. Ia berada dimana mana, dihadapanku dibelakangku, memimpinku, menjagaku. Ketika kenyataan ini hinggap didalam diriku, aku insyaf bahwa aku tidak perlu takut-takut lagi, karena Tuhan tidak lebih jauh dari kesadaranku. Aku hanya perlu memanjat kedalam hatiku untuk menemuinya. Aku menyadari bahwa aku senantiasa dilindunginya untuk mengerjakan sesuatu yang baik. Dan bahwa ia memimpin setiap langkahku menuju kemerdekaan.
Suatu malam, jauh dilarut malam, sambil bersujud aku membisik kepadanya: “Tuhan aku berdoa, setiap manusia dapat menjadi pemimpin asal saja dari keluarganya sendiri. Akan tetapi saya mengetahui engkaulah gembala yang sesungguhnya. Saya insyaf bahwa satu satu nya suara kemanusiaan adalah kata dari Tuhan. Mulai dari hari ini dan seterusnya saya telah bersiap memikul tanggung jawab dari segala apa yang saya kerjakan – tidak saja terhadap bangsa Indonesia, tapi juga terhadap Mu.”
“didalam penjaraku, aku mempelajari semua agama untuk melihat apakah aku ini termasuk salah seorang yang ‘sesat dan hilang’. Kalau ia lebih baik untukku aku mengambilnya. Kupelajari agama Kristen pada pendeta Van Lith. Aku terutama menaruh perhatian kepada ‘khotbah diatas bukit’. Inspirasi Yesus menyemangati orang-orang syahid mula-mula, karena itu mereka berjalan menuju kematiannya sambil menyanyikan Zabur, pujian untuk Nya karena mereka tau.” Kami meninggalkan kerajaan ini, akan tetapi kami akan masuk kerajaan Tuhan.” Aku membaca dan membaca kembali Injil. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak asing lagi bagiku. Aku sering kali mengulang membacanya.
Kemudian aku membaca Al-Qur’an. Dan hanya setelah meneguk pikiran-pikiran Nabi Muhammad SAW aku tidak lagi mencari-cari buku sosiologi untuk memperoleh jawaban atas bagaimana dan mengapa segala-gala nya terjadi. Aku memperoleh jawabannya dalam ucapan-ucapan nabi, dan aku sangat puas.
Untunglah aku setelah menemukan Tuhan dan jadilah Ia kawan yang paling kusayangi dan kupercayai bilamana aku menderita pukulan yang hebat. (bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, hlm.152-153)
…………………………………..
Aku lalu duduk memandang pohon itu dan aku melihat pekerjaan dari trimurti dalam agama Hindu. Aku melihat Brahma Yang Maha Pencipta dalam tunas yang berkecambah dikilit kayu yang keabuabuan itu. Aku melihat Wisnu Yang Maha Pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku melihat Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar. (hlm.183)